Daftar Blog Saya

Minggu, 21 Maret 2010

Cemburu

Sepulang dari keliling-keliling tanah abang, hatiku pilu. Rasa serba salah menghantui diriku dan aku juga merasa tidak dibutukan kehadiranku saat iui. Sepanjang perjalan ini dia tak sedikitpun menyapa diriku, aku tahu dirinya tidak menghendaki kahadiranku. Yang ada dalam pikirannya adalah rasa cemburu dan curiga saja. Ingin aku tinggalkan mereka, tapi aku sudah berjanji akan menemani mereka selama ada di jakarta. Wajah kecut dan cemberut selalu ditujukan padaku. Aku tak tahu apa kesalahan aku hingga dia keliahatan tidak suka padaku.

Tibanya di penginapan aku enggan mengantar mereka sampai di kamar. "Bang, aku tunggu di sini saja ya,"kataku dengan mata berkaca-kaca menahan sedih. "Kenapa kamu ini?"kata abangku. "Ayo katakan, ada apa, bilang sama abang, ada apa ini?"seraya merangkulku menuju tempat duduk di lobby itu.

Berat rasanya untuk mengatakan yang sebenarnya, dengan terbata-bata akhirnya aku mengatakannya juga. "Bang, aku nggak enak bang. Aku merasa Siti tidak suka sama aku, biar saja aku tunggu di sini," dengan dada yang terasa sesak menahan hati. "Dari awal perjalanan tadi bang, aku sama sekali tidak di sapa olehnya. Aku jadi bingung dan setiap aku sapa dia juga tidak ada respon, diam saja bahkan dia buang muka," kataku. Tak tahan air mataku menetes. Abangku diam terpaku mendengar ceritaku. "Hmm...kalau begitu maafkan adikku yah, nanti abang akan bicara dengan Siti", katanya. "Ya udah, sekarang sudah masuk ashar, ayoh kita solat dulu".

Lega rasanya hatiku sudah mengatakan masalahku ini. Kemudian aku dan abangku menuju lantai 7 ke kamar mereka. Abangku mengetuk pintu kamar mereka kemudian dibukanya. "Hi..rehat satu jam saja yah, nanti terus jalan lagi...", teriaknya. Aku masuk juga ke kamar mereka,"Boleh aku pinjam kain solatnya?" tanyaku. "Oh boleh, ayoh masuk-masuk", jawab Siti.

Akupun masuk, langsung ke kamar mandi untuk buang air dan bersihkan tubuhku yang penat ini. Kubasuh wajahku dengan air, terasa sejuk sekali. Entah kenapa, tiba-tiba hatiku kuat, rasa hati ini tak ada lagi beban dengan masalah yang aku alami tadi. Aku berdo'a dalam solatku, agar aku diberikan keikhlasan dalam hidupku ini.

Setelah solat aku pergi ke kamar abangku, di sana sudah ada Siti. Entah apa yang di bicarakan mereka, aku tak tahu. Hanya aku lihat Siti agak terkejut dengan kemunculan diriku. Mereka berhenti bicara, seolah-olah tak ada yang dibicarakan dengan serius. " kamar sebelah mau dibersihkan, jadi aku ke sini ajah bang", katanya, tampa menghiraukan mereka. "Kak Siti, bilang sama Nurul, kamar mau di bersihkan", kataku lagi kepada Siti. "Nurul nggak mau dibangunkan, kakak saja yang bangun". Siti kemudian berdiri menuju kamarnya untuk membangunkan si Nurul.

Tak lama kemudian, mereka sudah siap untuk jalan lagi. Kulihat dari jendela kamar, jalanan macet sekali, hampir tak bergerak. Terus kami berunding mau kemana tujuan kita sekarang, kalau macet begini. "Ok, kita jalan saja menuju Monas, jalan santai saja, Monas tidak jauh dari sini", kataku. Mereka setuju.

Sekarang Siti berubah sikapnya terhadap aku, dia menyapaku dengan ramah. Aku berpikir, apakah ini yang tadi mereka bicarakan di kamar itu. Oh, mungkin saja dia sudah di tegur abangku, jadi dia berubah sikap. Alhamdulillah, aku merasa nyaman sekarang.

Sampai di jalan utama, terlihat banyak orang dari suatu partai berjalan untuk berdemo menuju Monas. Panjang sekali, entah demo apalagi, aku tak tahu. Mereka sepertinya menikmati perjalanan ini. Akhirnya kami memutuskan tidak jadi masuk ke Monas. Kami menuju busway untuk ke kota, ya...jalan-jalan di kota tua.

Lama kami menunggu datangnya busway, kaki kami sampai penat. Akhirnya datang juga bus itu, tak berapa lama sampailah di kota tua itu. Sayang sekali hari sudah menjelang sore, musium-musium yang akan dikunjungi sudah tutup semua. Di kota tua itu mereka mengambil gambar buat kenangan, mereka asyik sekali, sungguh mereka sangat mengagumi suasana kota tua itu. Setelah keliling ke semua sudut, kami pulang dengan angkot, agar bisa langsung tiba di penginapan.

Dalam perjalanan pulang, rencana berubah, mereka ingin ke java mall, Sarinah. Dari angkot, pindah ke busway lagi, tak beda dengan yang tadi, bus itu penuh sesak. Tiba di Sarinah, terus menuju kedai makan, kami makan bakso malang karapitan. Sebenarnya aku sudah males untuk makan, tapi demi menghormati mereka, aku pun ikut makan juga. Kenyang sudah, terus jalan lagi menuju lantai tujuh Sarinah, untuk mencari souvenir. Setelah didapat yang diingini terus langsung pulang ke penginapan.

Tiba di lobby, Nurul lihat-lihat cake, dia rasa ingin membelinya. Dibelinya juga, untuk makan nanti malam, katanya. Setelah itu mereka naik ke kamar, sedangkan aku tidak, aku tetap menunggu di lobby. Tak lama, abangpun datang menemani aku di lobby.

Akhirnya aku tahu, kalau Siti itu bukan adik sesungguhnya dari abang. Abang ku hanya mengangkat sebagai adik saja. "Jadi abang kenal sama Siti di mana? " tanyaku. "Saya kenal dengan dia di sekolah anak saya, yaitu satu sekolah sama Nurul", jawabnya. Oh...aku jadi mengerti kenapa dia tak suka padaku, Siti cemburu ternyata. Siti tidak tahu, kalau kedekatan aku dengan abang hanya sebagai sahabat saja.

Malam telah larut, mataku sudah berat tapi aku enggan pulang. Tak lama kemudian Siti dan Nurul muncul. Dengan gaya manja kepada abang, dia merajuk minta di temani minum kopi. Aku dan abang akhirnya pindah duduk di cafe menemani Siti juga Nurul. Rasa cemburu Siti sangat terlihat sekali, wajahnya berat untuk tersenyum. Tak lama Siti balik ke kama untuk mengambil sesuatu. Lama aku menunggu dia turun, tak kunjung turun juga. Akhirnya aku pamit juga untuk pulang tampa menunggu Siti lagi. "Nurul, sampaikan salam saya pada mamamu dan permohonan maaf juga kalau saya ada kesalahannya", kataku. "Ok, nanti saya sampaikan, yang jelas tante tak ada salah, saya ucapkan terima kasih untuk semuanya", kata Nurul dengan ramah. "Ok, Nurul Sayang... bye..bye".

Tidak ada komentar: